Santai.....

Oleh : Hariyadi Eko. P
Sore yang mendung sekitar pukul 4 menyelimuti kota Pontianak. Di dalam kamar bersama leptop dan beberapa batang rokok aku pun memandangkan mata ini ditepi jalan. Kebiasan remaja di kota Pontianak yang selalu ramai bila matahari mulai terbenam. Satu perrsatu pemuda dan pemudi berkeluaran dengan kendaraan. Ada yang sendirian dan ada yang berjalan dengan pasangan.
Pontianak ibarat kota metropolitan yang penuh dengan beraneka ragam tingkah laku manusianya. Kehidupan di sini penuh dengan glamour tapi tidak semuanya. Baru beberapa hari pasca lebaran haji Pontianak terus diguyur hujan namun tak membuat pemuda-pemudi disini menutp diri untuk menghabiskan waktunya. Biasanya tempat yang menjadi tujuan mereka adalah kafe-kafe yang berada ditepi jalan yang menyediakan layanan Hospot. Namun ada juga yang menghabiskan waktu mereka nyantai dibundaran untan sambil melakukan aktivitas olahraga.
Liat saja aku dari kamat tempat menghabiskan waktu dapat melihat berbagai macam pakaian yang mereka pakai. Piker ku mereka ingin menarik perhatian lawan jenisnya. Satu persatu wanita muda mulai berkeluaran dari dalam gang dan mulai memamerkan diri mereka. Terkadang aku berfikir apakah mereka yang mengunakan pakaian yang beklum jadi itu tidak merasa kedingan. Di hari yang mendung begini aku saja merasa kedingan dengan pakaian yang serba tertutup. Tapi lihat mereka, mereka seakan santai dan tidak perduli dengan kesehatannya sendiri. Memakai pakain yang mudah dilihat dan mudah dihinggapi angin.
Tapi aku piker itu urusan mereka dan sebagai kaum adam aku hanya bisa menikmati tubuh yang selalu mereka pamerkan. Kini sebagian remaja sudah terbius dengan kehidupan ala artis. Mnganggap pakaian yang mereka gunakan mebuat daya tarik yang lebih bagi kaum adam. Namun tanpa mereka sdari mereke sudah kekurangan nilai dipandangan kaum adam. Aku selalu mengatakan kepada teman perempuan dikampus, seorang perempuan yang menutup dirinya dengan pakain rapi maka ia memilki nilai yang tak terhingga dan bahkan tidak dapat dihitung. Namun berbeda dengan wanita yang membuka dirinya dengan pakaian ala artis. Wanita yang selalu membuka dirinya dengan pakain ala artis itu nilainya dimata lelalki tak seberapa bahkan dapat dinilai dengan nominal dan tidak menutup kemungkinan nilai mereka di bawah nilai uang seribu.
Orang tua adalah seorang pendidik yangbertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya. Namun apa yang terajdi disekeliling kita menimbulkan pertanyaan. Seberapa besarkah peran orang tua terhadap pendidikan anak mereka ? sehingga banyak wanita yang masih sangat remaja harus berpakain yang tidak seronok. Memang penampilan fisik bukanlah yang menjadi penilaian utama, tapi secara tidak langusng itu akan membuat pola piker yang negative terhadap mereka sendiri dan jauh dari apa yang disyariatkan agama. M
Mungkin dunia sudah terbalik. Ataukah pola piker kita yang terbalik. Melihat realita yang terjadi ini. Sekarang bukan banyak lagi tapi seluruh laki-laki lebih sopan dari pada perempuan. Lelaki dapat menempatkan dirinya. Liat saja pakaian yang kaum adam pakai tidak ada yang setengah jadi. Tapi kini banyak kaum hawa yang menggunakan pakian yang setengah jadi dan ini membuat banyak sekali kriminalitas terjadi. Betul kata seoarng pepatah yang menghancurkan kehidupan itu hanya ada tiga, pertama harta, kedua tahta dan ketiga adalah wanita. Ini bukan hanya PR orang dan ulama, tapi ini Pr kita bersama dalam menyadarkan prilaku yang menyimpang. Semoga saja semakin dewasa maka pola piker mereka juga dapat berubah.
Diri ini bukan lam manusia yang sempurna, tapi setidaknya kita mengurangi kemaksiatan yang kian terjadi.

0 komentar:

Posting Komentar