Makna kehidupan

Oleh : Hariyadi Eko. P
Hidup penuh dengan tantangan, tantangan itu sungguh terasa sulit ketika aku mengadapinya sendiri. Aku merasa hidup ini penuh dengan cobaan yang tak kunjung berhenti. Teringat kehidupan yang di alami kedua orang tua yang selama ini memberikan makna kehidupan. Kesusahan, kekurangan sudah mereka rasakan demi satu tujuan yaitu untuk anak-anak mereka. Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan, ayah ku adalah mantan pengojek yang telah menjelajahi beberapa wilayah yang ada di Kalimantan barat, sedangkan ibu adalah seorang anak desa yang memiliki cita-cita tinggi dan kini ia menjadi salah satu pendidik.
Tak perlu aku ceritakan perjuangan panjang mereka karena cukup bagi itu semua sebagai pelajaran. Terlahir dari keluarga yang sederhana dan cukup seadanya membuat kedua orang tua ku memdidik begitu indah. Dari perhatian kasih saying yang di berikan hingga teriakan yang selalu ku dengar ketika ke 4 saudara berbuat salah tak lain hanya ingin ke empat anaknya berhasil dan tidak hidup bermewah-mewahan, itu lah yang ku tanggap dari pendidikan yang mereka berikan.
Ayah adalah sosok yang begitu lembut terhadap anak-anaknya jarang sekali aku mendengar celotehan yang sangat keras kepada kami. Ia seakan-akan menjadi penyejuk ketika ibu marah. Ibu selalu memberikan kesan yang begitu keras, sehingga kami selalu berhati-hati dalam bertindak. Teringat cerita lucu di masa kecil yang begitu berkesan dan membekas di dalam hati. Aku dan beberapa saudara selalu kabur ketika ibu mulai marah. Kami selalu kompak apabila ada salah satu dari kami menjadi santapan nikmat oleh ibu. Tak pernah letih untuk mencari cara untuk merayu sang ibu. Semua itu kami sadari karena kesalahan sendiri sehingga mengundang kemarahan beliau.
Namun waktu terus berlalu tak terasa semua mulai berajak dewasa. Kedewasaan saudara-saudara ku semakin tampak ketika kami harus berpisah, ketiga saudara ku akan melanjutkan pendidikan yang membuat kami jarang bertemu. Saat-saat ini lah semakin terasa bahwa bagaimanapun bentuk suatu keluarga baik maupun buruk apabila berpisah tentu akan merasa kehilangan. Aku merasa dan berfikir bahwa didikan yang mereka berikan kepada kami tidak lain demi kebaikan kami sendiri terbukti ke tiga saudara ku kini sudah menjadi sarjana
. Di dalam tulisan ini aku ingin menorehkan cerita hidup yang selama ini aku pendam, aku ingin menuliskan cerita hidup yang ku jalani sehingga menjadi pelajaran banyak orang. Ku awali cerita ku ketika berumur 5 tahun. Di umurku yang masih munyil ini aku telah mersakan apa yang belum di rasakan anak-anak seumuranku. Kehidupan yang berkecukupan tak membuat orang tua ku untuk mengajarkan kemandirian. Aku di ajarkan untuk hidup mandiri agar kelak aku menjadi orang yag mampu hidup tanpa tergantung orang lain ini lah yang ku pahami dari didikan mereka.
Berjualan kelapa, menjajakan kueh, berjual kaset, menjadi penjahit sepatu semua sudah kurasakan demi membantu perekonomian keluarga. Ibu dahulu adalah seorang guru namun profesinya itu tak membuat nya malu untuk menjajakan kueh demi menambah pendapatan keluarga, itu semua tidak lain hanya lah untuk kami. Aku belajar dari kemandirian kedua orang tua ku. Aku merasa bahwa kemandirian tidak terbatas pada usia akan tetapi kemandirian harus di tanam sejak sedini mungkin. Mungkin inilah yang membuat ku merasa ikhlas untuk bekerja karena melihat kondisi keluarga yang masih membutuhkan banyak biaya. Gaji pegawai yang di terima kedua orang tua ku tidak cukup untuk keluarga karena harus menutupi hutang-hutang yang ada. Akan tetapi kehidupan kami boleh di katakan penuh keindahan dan penuh cobaan. Manusia tidak akan pernah terlepas dari coabaan begitu lah kata mereka.
Masa-masa SD ku lalui dengan begitu bermakna. Sewaktu aku duduk di bangku SMP aku pernah menjadi seorang pelayang katin sekolah yang semua itu tak lain demi mendapatkan makanan gratis, ku buang semua rasa malu, yang ada di pikiran ini adalah aku harus belajar hidup dan bertahan hidup. Tapi itu semua bukan berarti kedua orang tua ku melepaskan tangggung jawabnya sebagai orang tua. Mereka tak pernah memaksa ku untuk melakukan semua itu. Akan tetapi itu semua ku lakukan dengan rasa keinginan tahuan. Massa SMP ku lalui begitu penuh bermakna karena banyak sekali pelajaran hidup yang telah ku dapatkan.
Membuka kios itu ku lakukan di massa SMA itu semua berangkat dari keinginan diri sendiri. Keinginan yang begitu besar tak lain hanya ingin belajar hidup mandiri. Dari hasil membuka kios ini aku mampu melengkapi kebutuhan yang ku inginkan, HP, Motor, SPP, jajan, itu semua mampu ku penuhi dari hasil berjualan bensin. Kehidupan yang ku jalani tidak lain aku ingin merasakan dan memberikan makna pada hidup ini. Satu kalimat yang selalu menjadi pegangan hidup ini adalah aku ingin merasakan hidup susah terlebih dahulu, ingin mendapatkan sesuatu maka harus melakukan sesuatu.

0 komentar:

Posting Komentar